Cafe Kitsune Menu, Harga dan Fasilitas

Visitseasia.travelCafe Kitsune Menu, Café Kitsune kini hadir di Jakarta. Sebagai cabang ke-13 di dunia, Cafe Kitsune Jakarta berhasil menarik perhatian ibu kota sejak awal pembukaannya. Namun, euforia tidak memenuhi harapan beberapa orang.

Kitsune Cafe, Review Menu, harga dan fasilitas

Kitsune Cafe Menu

Kehadiran Cafe Kitsune berbarengan dengan dibukanya Ashta District 8 SCBD, mall baru di kawasan SCBD Jakarta Selatan yang menjadi tuan rumah sejumlah event penting anak muda di Jakarta seperti Brightspot MRKT dan Urban Sneaker Society. Kafe Kitsune sendiri berada di lantai dasar, tepat di salah satu lobi mall.

Melihat latar belakangnya, Cafe Kitsune berasal dari Maison Kitsune, yang didirikan pada tahun 2002 oleh Gildas Loaëc dan Masaya Kuroki. Gildas sebelumnya adalah direktur artistik dari duo musik Prancis Daft Punk.

Dengan menggabungkan cita rasa Prancis dengan estetika Jepang, Café Kitsune telah memantapkan dirinya di seluruh dunia. Setelah Prancis dan di Jepang, Cafe Kitsune juga dibuka di Amerika, Korea Selatan dan China. Di Asia Tenggara hanya ada dua, yakni Bangkok yang dibuka September lalu, disusul Cafe Kitsune Jakarta yang menampilkan butik Maison Kitsune.

Maka tak heran meski masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) belum usai, masyarakat Jakarta sangat antusias menyambut Cafe Kitsune. Mungkin salah satu influencer atau selebritis yang kamu ikuti di media sosial pernah mengunggah momen makan mereka di Cafe Kitsune Jakarta.

Berbeda dengan pendahulunya, Cafe Kitsune Jakarta hadir dengan konsep yang memadukan antara kafe dengan bar dan restoran. Kami penasaran untuk mencobanya suatu malam di akhir November.

Cafe Kitsune terasa seperti kafe Prancis bergaya restoran, namun dengan sentuhan desain Jepang yang bersih dan minimalis.

Warna hijau yang dominan berkontribusi pada kesan humoris. Pada saat yang sama, langit-langit kayu, yang mewakili estetika Jepang, menciptakan suasana yang hangat. Konsep tempatnya Cafe Kitsune sangat Instagramable untuk konten media sosial. Namun pada malam hari interiornya tidak terlalu terlihat karena pencahayaan yang redup.

Salah satu kekurangan Cafe Kitsune yang kami rasakan pada kunjungan kali ini adalah perbedaan antara area smoking dan non-smoking. Tidak ada batasan yang jelas antara keduanya. Semua orang berkumpul di dalam, jadi ketika ruangan ditutup, udaranya kental dengan asap rokok. Bagi orang yang anti rokok, kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Menu Cafe Kitsune

menu cafe Kitsune

Saatnya kita menikmati hidangan yang dipesan. Salah satunya Kitsune Burger yang menjadi ciri khas di sini. Menu yang satu ini dibanderol Rp 135.000 sebelum pajak. Untuk harga seperti itu, bayangkan burger dengan sisi seperti kentang goreng dan salad.

Ternyata melebihi ekspektasi kami. Di piring putih sedang hanya ada burger dengan tartar patty (daging sapi mentah), mayones dan keju Emmental, telur goreng, dan daging sapi. Walaupun tidak mengecewakan lidah, menghabiskan 130.000 rupee hanya untuk burger “polos” dengan penyajian yang sederhana tidak sepadan.

Menu salmon yang dihancurkan juga sama. Harga Rp. 145.000, semua yang Anda dapatkan sebagai hidangan adalah sepotong salmon segar berukuran sedang dengan saus guacamole.

Ube Latte dan Charcoal Latte adalah pilihan untuk melepas dahaga. Charcoal latte seharga Rp. 50.000, dikemas dalam gelas plastik, meskipun kami tidak memesannya untuk dibawa pulang.

Untungnya dessert atau dessert tidak terlalu mengecewakan baik dari segi rasa maupun harga. Jangan lewatkan Daifuku Mochi, kue matcha dengan twist pada kue Fox yang legendaris.

Jika tujuan Anda adalah pergi ke restoran untuk mengisi perut Anda dengan harga yang wajar, maka Café Kitsune mungkin bukan tempatnya. Namun, Cafe Kitsune bisa dilihat sebagai tempat untuk hang out atau sekedar bersantai sambil menyantap makanan kecil.

Kehadiran Cafe Kitsune berbarengan dengan dibukanya Ashta District 8 SCBD, mall baru di kawasan SCBD Jakarta Selatan yang menjadi tuan rumah sejumlah event penting anak muda di Jakarta seperti BrightspotMRKT dan Urban Sneaker Society. Kafe Kitsune sendiri berada di lantai dasar, tepat di salah satu lobi mal.

Melihat latar belakangnya, Cafe Kitsune berasal dari Maison Kitsune, yang didirikan pada tahun 2002 oleh Gildas Loaëc dan Masaya Kuroki. Gildas sebelumnya adalah direktur artistik dari duo musik Prancis Daft Punk.

Dengan menggabungkan cita rasa Prancis dengan estetika Jepang, Café Kitsune telah memantapkan dirinya di seluruh dunia. Setelah Prancis dan di Jepang, Cafe Kitsune juga dibuka di Amerika, Korea Selatan dan China. Di Asia Tenggara hanya ada dua, yakni Bangkok yang dibuka September lalu, disusul Cafe Kitsune Jakarta yang menampilkan butik Maison Kitsune.

Maka tak heran meski masa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) belum usai, masyarakat Jakarta sangat antusias menyambut Cafe Kitsune. Mungkin salah satu influencer atau selebritis yang kamu ikuti di media sosial pernah mengunggah momen makan mereka di Cafe Kitsune Jakarta.

Berbeda dengan pendahulunya, Cafe Kitsune Jakarta hadir dengan konsep yang memadukan antara kafe dengan bar dan restoran. Kami penasaran untuk mencobanya suatu malam di akhir November.

Cafe Kitsune terasa seperti kafe Prancis bergaya restoran, namun dengan sentuhan desain Jepang yang bersih dan minimalis.

Warna hijau yang dominan berkontribusi pada kesan humoris. Pada saat yang sama, langit-langit kayu, yang mewakili estetika Jepang, menciptakan suasana yang hangat. Konsep tempatnya Cafe Kitsune sangat Instagramable untuk konten media sosial. Namun pada malam hari interiornya tidak terlalu terlihat karena pencahayaan yang redup.

Salah satu kekurangan Cafe Kitsune yang kami rasakan pada kunjungan kali ini adalah perbedaan antara area smoking dan non-smoking. Tidak ada batasan yang jelas antara keduanya. Semua orang berkumpul di dalam, jadi ketika ruangan ditutup, udaranya kental dengan asap rokok. Bagi orang yang anti rokok, kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Saatnya kita menikmati hidangan yang dipesan. Salah satunya Kitsune Burger yang menjadi ciri khas di sini. Menu yang satu ini dibanderol Rp 135.000 sebelum pajak. Untuk harga seperti itu, bayangkan burger dengan sisi seperti kentang goreng dan salad.

Ternyata melebihi ekspektasi kami. Di piring putih sedang hanya ada burger dengan tartar patty (daging sapi mentah), mayones dan keju Emmental, telur goreng, dan daging sapi. Walaupun tidak mengecewakan lidah, menghabiskan 130.000 rupee hanya untuk burger “polos” dengan penyajian yang sederhana tidak sepadan.

Menu salmon yang dihancurkan juga sama. Harga Rp. 145.000, semua yang Anda dapatkan sebagai hidangan adalah sepotong salmon segar berukuran sedang dengan saus guacamole.

Ube Latte dan Charcoal Latte adalah pilihan untuk melepas dahaga. Charcoal latte seharga Rp. 50.000, dikemas dalam gelas plastik, meskipun kami tidak memesannya untuk dibawa pulang.

Untungnya dessert atau dessert tidak terlalu mengecewakan baik dari segi rasa maupun harga. Jangan lewatkan Daifuku Mochi, kue matcha dengan twist pada kue Fox yang legendaris.

Jika tujuan Anda adalah pergi ke restoran untuk mengisi perut Anda dengan harga yang wajar, maka Café Kitsune mungkin bukan tempatnya. Namun, Cafe Kitsune bisa dilihat sebagai tempat untuk hang out atau sekedar bersantai sambil menyantap makanan kecil.

error: This content is protected by DMCA